Pada 3 September 2025, pemerintah memecat seorang perwira kepolisian yang diduga terlibat dalam kematian seorang warga sipil saat aksi unjuk rasa di Jakarta. Pemecatan ini merupakan respons atas aksi publik yang meluas sejak akhir Agustus, di mana protes anti-pemerintah berubah menjadi bentrokan besar.
Insiden awal terjadi ketika sebuah kendaraan taktis milik Brimob menabrak seorang driver ojek online di luar agenda demonstrasi, memicu kemarahan publik dan kerusuhan lebih lanjut. Aksi ini berkembang sebagai protes terhadap tunjangan anggota DPR dan ketimpangan sosial yang dirasakan oleh masyarakat.
Polisi merespons dengan gas air mata dan peluru karet, termasuk terhadap mahasiswa di Bandungโmenciptakan kritik internasional terhadap penggunaan kekuatan berlebihan. Amnesty International menyebut penggunaan kekuatan ini sebagai pelanggaran hak asasi dan mendesak pemerintah untuk melakukan investigasi yang independen.
Sementara itu, pemerintah mengambil langkah simbolis seperti pemecatan perwiraโnamun publik menilai tindakan ini kurang cukup untuk meredakan ketegangan. Kondisi ekonomi juga tak kalah memprihatinkan: nilai tukar rupiah dan indeks saham tertekan akibat situasi ini.
Leave a Reply