Latihan militer gabungan Super Garuda Shield 2025, yang melibatkan lebih dari 6.500 personel dari Amerika Serikat, Indonesia, dan 11 negara lainnya, resmi ditutup setelah dua minggu pelatihan intensif. Latihan ini berlangsung di lokasi seperti Jakarta, Sumatera, dan Kepulauan Riau, dengan puncaknya berupa sesi penembakan langsung (live-fire exercise) oleh US 11th Airborne Division menggunakan peluru kendali Stinger.
Latihan ini sekali lagi menegaskan pentingnya interoperabilitas antara pasukan aliansi dalam menghadapi potensi ancaman di kawasan Indo-Pasifik. Indonesia menegaskan komitmennya terhadap kebijakan bebas-aktif—artinya tidak berpihak pada satu kubu superpower, melainkan memperkuat pertahanan nasional melalui kerjasama multilateral.
China memberi respons kritis atas latihan ini, menuduh Amerika membentuk semacam “NATO Asia” untuk mengimbangi pengaruhnya. Namun Amerika dan Indonesia menyatakan bahwa latihan ini bukan ditujukan untuk melawan pihak mana pun, melainkan memperkuat keamanan regional dan menjaga kedaulatan ― prinsip yang menjadi fondasi latihan ini.
Super Garuda Shield mencerminkan posisi strategis Indonesia sebagai penyeimbang dalam konflik global. Dengan melibatkan banyak negara, termasuk pengamat dari kawasan Asia Tenggara, latihan ini menjadi modal penting Indonesia dalam menjaga keberlanjutan perdamaian dan keamanan regional.
Leave a Reply